Sabtu, 20 November 2010

Terapi Menjalani Islam Secara Kaffah baik Sukarela maupun terpaksa demi kesehatan dan kesuksesan


Larangan-larangan agama bila dijauhi dan dihindari oleh manusia, niscaya ia akan selamat dan terhindar dari kecelakaan serta kerugian. Perintah-perintah Agama merupakan obat penyembuhan. Sedangkan larangan larangan agama merupakan pencegahan dari penyakit. Firman Allah SWT. : katakanlah, “Hai Manusia, sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu (Al-qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatan itu mencelakakan dirinya sendiri”.

Iman dan Amal Sholih adalah gaya hidup sehat terbaik, dan hanya ini satu-satunya jalan selamat. Semakin rusak sistem kekebalan tubuh kita, semakin butuh Iman dan Amal sholih terutama di jaman yang kini penuh dengan ancaman bagi kesehatan. Menomor satukan pendidikan Iman dan amal sholih kepada anak kita, berarti kita membekali anak kita dengan bekal yang akan menjaganya di masa depan, masa yang lebih parah dari sekarang. Hanya petunjuk Allah dan Rosulnya yang dapat kita yakini kebenarannya 100 % dan kita tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada Al-qur’an dan Hadist.

Allah SWT berfirman : Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari kasih sayang Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”.

Mari kita saling mengingatkan untuk melanjutkan hidup dengan Iman dan Amal Sholih selagi masih dapat ditolong sebelum menderita penyakit yang lebih parah, sebelum Narkoba menghancurkan segalanya, sebelum terkena infeksi Oportunistik, sebelum Musibah yang lebih dahsyat melanda, sebelum ajal tiba.

M.Y.T menulis : Dalam hukum Islam, orang yang mencuri dipotong tangannya. Rasa iba yang bersumber dari bisikan setanlah yang merasa bahwa itu merupakan hukuman yang tidak manusiawi. Akhirnya kasus pencurian ada di mana-mana dan orang yang tidak menyetujui hukuman potong tangan tersebut pun hidup dalam ketakutan ketika di sekelilingnya tidak ada lagi ketentraman. Terlebih ketika hartanya dicuri orang, dia lapor Polisi agar si pencuri dihukum seberat mungkin yang jika dibandingkan, lebih berat dari hukuman potong tangan; bahkan senang mendengar si pencuri dibakar massa atau mati ditembak polisi.

Begitu pula anak gadis harus segera dinikahkan. Orang-orang yang tidak mengerti memandangnya sebagai hal yang tidak baik sampai-sampai mereka mempropagandakan pandangan keliru mereka melalui lagu dan sinetron Pernikahan dini. Akhirnya ketika anak gadisnya hamil di luar nikah, para orang tua tertunduk malu dan menangis sedih membayangkan kehancuran masa depan anaknya.

Johanes Lim, Ph.D menulis dalam No Pain No Gain ‘Metode Sukses Pribadi dalam studi, karier, dan bisnis’ : Paling bagus adalah jika hukum mau menindak pelaku kejahatan dengan hukuman berat agar mereka kapok, dan itu bisa mencegah niat orang untuk berbuat jahat. Sebab jika hukumannya ringan - apalagi jika bebas dengan sogokan uang - akan memicu orang untuk berbuat kejahatan lagi!”.

Sementara itu Daniel Goleman Ph.D dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence, mengomentari masalah ini. Beliau menulis : Selama sepuluh tahun terakhir, orang telah memaklumkan ”perang” secara bergiliran: perang terhadap kehamilan remaja, perang terhadap putus sekolah, perang terhadap narkotika, dan yang paling akhir perang melawan tindak kekerasan. Namun, kesulitannya adalah perang itu datangnya terlambat, setelah mewabah dan berakar kuat dalam kehidupan anak muda. Perang itu cuma campur tangan darurat, sama saja dengan menyelesaikan masalah mengirim ambulans untuk menyelamatkan, bukannya lebih dulu memberi vaksinasi yang dapat mengusir penyakit. Daripada memaklumkan lebih banyak ”perang” semacam itu, yang sekarang kita butuhkan adalah mengikuti logika pencegahan, dengan memberikan anak kita keterampilan menghadapi kehidupan sehingga meningkatkan peluang mereka menjauhi setiap dan semua takdir kehidupan ini”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar